Buat akhi ukhti fillah (apatah lagi diri ini) pasti biasa ataupun pernah sekali berlaku sepanjang menjadi bahagian dalam tugas menyebarkan risalah suci Islam ini. At times terdetik atau diselubungi sebuah perasaan cemburu, ketidaklayakan, dan membuat lemah.
Melihat diri sendiri menghabiskan kudrat tenaga, fikiran, masa bahkan duit untuk memastikan putaran DnT ini--
Pedih-pedih menolak segala godaan nafsu, bahkan teman-teman yang lain untuk bersama, semata-mata demi menuntut tuntutan dakwah. Beban-beban kerja yang tidak selari dengan istirehat yang ada. Dengan air mata dan hembusan lelah untuk menyental karat-karat jahiliyyah dalam diri. Bahkan produktiviti diri perlu dibagi-bagi untuk orang lain yang selalunya tidak pernah kisah.
Semua dilakukan dengan harapan semua jiwa mendapat sentuhan Islam & iman.
TAPI
tup tup..terdetus dalam hati,
"dia tu rilekss ja.."
cemburu.
bukan,bukan. Bukan melihat kesenangan orang itu membuat rasa cemburu. Tapi cemburu melihat mereka yang tidak perlu bersusah payah seperti para ikhwan. Namun, bacaan tajwid mereka lancar, ilmu fiqh mereka mantap, persekitaran mereka dipenuhi orang-orang alim bahkan mereka sangat baik dan sopan tutur kata.
Membandingkan-- ibadah, ilmu fiqh, penampilan, persekitaran, kewangan, keluarga, kepetahan dan macam-macam lagi sebenarnya dia yang lebih baik. Dia lebih layak memikul tugasan ini. Bahkan 'terlihat' oleh kita bahwa dia ini lebih pantas ke syurga berbanding kita??
Hanya diri sendiri & Tuhan saja tahu betapa hina, lemah dan kurangnya diri sendiri.
Lalu kita bermonolog,
" mengapa kita yang dipilih? "
.
.
"Adakah Tuhan silap memilih?"
Semestinya TIDAK ( tanpa keraguan.) bukan?
.
.
.
Simply kerana Dia memilih...
...KAMU.
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (QS. Fushshilat: 33)
*Perkataan terbaik itu menurut Al Hasan Al Bashri adalah para duat
Can't you feel it?
Melihat diri sendiri menghabiskan kudrat tenaga, fikiran, masa bahkan duit untuk memastikan putaran DnT ini--
Pedih-pedih menolak segala godaan nafsu, bahkan teman-teman yang lain untuk bersama, semata-mata demi menuntut tuntutan dakwah. Beban-beban kerja yang tidak selari dengan istirehat yang ada. Dengan air mata dan hembusan lelah untuk menyental karat-karat jahiliyyah dalam diri. Bahkan produktiviti diri perlu dibagi-bagi untuk orang lain yang selalunya tidak pernah kisah.
Semua dilakukan dengan harapan semua jiwa mendapat sentuhan Islam & iman.
TAPI
tup tup..terdetus dalam hati,
"dia tu rilekss ja.."
cemburu.
bukan,bukan. Bukan melihat kesenangan orang itu membuat rasa cemburu. Tapi cemburu melihat mereka yang tidak perlu bersusah payah seperti para ikhwan. Namun, bacaan tajwid mereka lancar, ilmu fiqh mereka mantap, persekitaran mereka dipenuhi orang-orang alim bahkan mereka sangat baik dan sopan tutur kata.
Membandingkan-- ibadah, ilmu fiqh, penampilan, persekitaran, kewangan, keluarga, kepetahan dan macam-macam lagi sebenarnya dia yang lebih baik. Dia lebih layak memikul tugasan ini. Bahkan 'terlihat' oleh kita bahwa dia ini lebih pantas ke syurga berbanding kita??
Hanya diri sendiri & Tuhan saja tahu betapa hina, lemah dan kurangnya diri sendiri.
Lalu kita bermonolog,
" mengapa kita yang dipilih? "
.
.
"Adakah Tuhan silap memilih?"
Semestinya TIDAK ( tanpa keraguan.) bukan?
.
.
.
Simply kerana Dia memilih...
...KAMU.
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (QS. Fushshilat: 33)
*Perkataan terbaik itu menurut Al Hasan Al Bashri adalah para duat
Can't you feel it?
No comments:
Post a Comment